Teks Pidato Ceramah : Rendahnya Tingkat Literasi di Indonesia
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Para hadirin yang berbahagia, pertama marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sampai saat ini kita masih diberi kesehatan dan keselamatan oleh-Nya.
Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba mengemukakan permasalahan rendahnya tingkat literasi di Indonesia. Kita tahu, proses belajar itu sebagian besar adalah melalui membaca. Ilmu pengetahuan yang berkembang secara cepat itu tidak mungkin lagi dikuasai melalui proses mendengar atau berpindah-pindah misalnya dari seorang guru, tetapi harus lewat membaca. Hampir 80 - 90 persen pengetahuan berasal dari membaca. Menurut tokoh pendidikan Indonesia Tilaar, membaca adalah proses yang memberikan arti kepada dunia. Dengan demikian, masyarakat yang gemar membaca akan melahirkan yang belajar (masyarakat belajar).
Namun sangat disayangkan, minat baca di negeri ini masih sangat rendah. Berbagai laporan dari UNESCO, penelitian Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organization for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 turut membuktikan kondisi literasi Indonesia yang masih sangat memprihatinkan. Menurut indeks minat baca di Indonesia yang dikeluarkan UNESCO pada tahun 2012 mencapai 0,001. Itu artinya, pada setiap 1000 orang hanya ada satu orang yang mempunyai minat baca. Masyarakat Indonesia rata-rata membaca buku baru 0-1 buku setiap tahun.
Rendahnya literasi di Indonesia disebabkan oleh masyarakat yang kurang sadar akan manfaatnya literasi. Lebih dari itu, beberapa orang bahkan masih belum mengerti makna literasi. Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Namun tidak menjadi budaya di negara kita. Padahal, perkembangan ilmu dan budaya harus berhenti dari semangat. Masyarakat Indonesia memang lebih terbiasa mendengar dan berbicara berliterasi. Coba kalian lihat saja, berapa rata-rata waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi per hari? Berapa waktu yang digunakan untuk mengobrol? Bandingkan dengan waktu yang disisihkan untuk membaca dan menulis. Berbagai faktor juga penyebab rendahnya literasi di Indonesia, antara lain adalah sebagai berikut.
Pertama, kebiasaan membaca belum dimulai dari rumah. Aktivitas membaca masih belum dibiasakan dalam ranah keluarga. Orang tua hanya mengajar membaca dan menulis pada level bisa, belum terbiasa. Padahal, budaya literasi harus dibiasakan sejak kecil. Misalnya, membiasakan membaca cerita untuk anak atau mengajar menulis buku harian.
Kedua, perkembangan teknologi yang semakin canggih. Adanya teknologi yang semakin canggih orang-orang yang lebih suka bermain dengan membaca membaca. Teknologi yang makin canggih juga diimbangi dengan media sosial yang makin banyak. Media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, dan lainnya memungkinkan kita membaca berita palsu. Sebetulnya, berita hoax tersebut dapat diperangi dengan budaya literasi. Teknologi yang makin canggih seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan dan bahan literasi.
Ketiga, sarana membaca yang minim. Sarana membaca yang minim ternyata juga membuat kebiasaan membaca ini sulit dilakukan. Sarana tersebut misalnya perpustakaan. Bagaimana kondisi buku di perpustakaan sekolah kalian? Apakah koleksinya masih buku-buku lama? Apakah kalian sering menemukan buku yang kalian cari di sana? Buku-buku lama dan minimnya koleksi perpustakaan membuat orang-orang malas berkunjung. Sistem inventarisasi perpustakaan yang membutuhkan waktu lama, sering kali menjadi penyebab buku baru tidak bisa segera dipinjam. Selain itu, sistem pengadaan buku yang tidak mendukung oleh orang-orang yang kurang kompeten, membuat koleksi perpustakaan kurang maksimal di beberapa tempat. Tersedia buku-buku berkualitas yang minim juga termasuk salah satu penyebab orang malas membaca.
Keempat, kurangnya motivasi untuk membaca. Kurang minat baca adalah penyebab rendahnya budaya literasi di Indonesia. Terkadang, beberapa orang tidak mengerti manfaat membaca sehingga tidak tertarik untuk melakukannya. Membaca membutuhkan waktu khusus memang, tetapi membaca itu memiliki banyak manfaat. Guru yang lebih banyak memberikan ceramah kepada siswa juga ikut melemahkan budaya literasi. Segala informasi sudah didapatkan dari guru sehingga siswa kurang terbiasa membaca. Bahkan, siswa yang merasa tidak perlu membaca karena menganggap informasi yang datang dari guru selalu benar.
Yang terakhir kelima, sikap malas untuk mengembangkan gagasan. Literasi tidak hanya membaca, tetapi menulis dengan menulis. Bagaimana dapat menulis menulis jika jarang membaca? Menulis membutuhkan kosakata yang akan diperoleh dari membaca. Setelah memiliki bahan untuk menulis, tantangan selanjutnya adalah mengembangkan gagasan. Hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup untuk pengendapan ide. Proses gangguan yang biasanya membuat orang malas menulis.
Menyadari akan rendahnya minat baca dan tingkat literasi masyarakat di Indonesia perlu upaya untuk menjaga. Banyak cara untuk meningkatkan minat baca dan literasi kita antara lain sebagai berikut. Pertama, tumbuhkan kesadaran akan pentingnya membaca. Misalnya, orang tua menyediakan buku bacaan di rumah untuk membangun budaya literasi pada anak. Kedua, budayakan membaca di sekolah seperti melakukan GLS (Gerakan Literasi Sekolah) sebelum pembelajaran dimulai. Ketiga, optimalkan peran perpustakaan dengan menambah koleksi buku, memperbaiki tatanan perpustakaan, atau menambah jam kunjungan. Keempat, membentuk komunitas untuk membahas buku- buku yang baru dibaca dan menambah referensi buku apa yang akan dibaca selanjutnya. Yang terakhir kelima, biasakan menulis buku harian. Pembiasan menulis dapat dimulai dengan buku harian. Pada era sekarang ini, dapat dimulai dengan menulis blog. Menulis didahului oleh kegiatan membaca karena membaca keterampilan berbahasa yang berkesinambungan. Oleh karena itu, orang yang menulis ditulis biasanya juga pembaca yang baik.
Literasi sangatlah penting untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Apalagi dalam dunia pendidikan yang memberikan dampak terbesar untuk kemajuan bangsa. Dengan kemajuan teknologi saat ini memungkinkan seseorang mendapatkan informasi atau pengetahuan pengetahuan dengan sangat mudah dari berbagai media. Oleh karena itu, marilah kita jadikan literasi sebagai sebuah rutinitas dan menyebabkan membaca menjadi sebuah kebiasaan atau bahkan kebutuhan. Maka kita akan merasakan manfaat-manfaat yang besar, yang timbul karena kegiatan literasi tersebut.
Hadirin yang berbahagia, sekiranya cukup sekian ceramah yang dapat saya sampaikan. Jika ada tutur kata yang kurang berkenan mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga dengan ceramah ini, dapat membuat kita sadar semua bahwasanya literasi adalah sesuatu yang penting dalam hidup ini. Sekian, terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Komentar
Posting Komentar